• RSS
Riyc's Blog

Monday 5 January 2015

Proses Perkembangan Anak


1. Perkembangan Bahasa

Bahasa adalah suatu sistem simbol yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Pada manusia, bahasa ditandai dengan daya cipta yang tidak pernah habis dan adanya sebuah sistem aturan. Yang dimaksud dengan daya cipta yang tidak pernah habis adalah suatu kemampuan individu untuk menciptakan sejumlah kalimat bermakna yang tidak pernah berhenti dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas, dan menjadikannya sebagai upaya yang kreatif.
Perkembangan bahasa bayi dimulai sejak ia dilahirkan. Meskipun tidak dalam bentuk verbal, melainkan gestur dan ekspresi wajah, namun hal ini sangat penting dalam fase perkembangan bahasa dan karenanya dibutuhkan peran dan tindakan orangtua dalam periode kritis yang berkembang pesat dalam 3 tahun pertama sejak ia dilahirkan.
Ketika bayi sudah lahir, ada banyak cara yang dapat dilakukan orangtua untuk menstimulasi perkembangan bahasanya:
  1. Merespons tangisan bayi.
  2. Berbicara dengan bayi dengan nada vokal dan intonasi yang riang(seperti sedang bernyanyi).
  3. Berbicara dengan bayi setiap hari agar ia tahu sedang diajak berkomunikasi.
  4. Ketika usia bayi sudah mencukupi, ajak bayi berjalan-jalan ke luar rumah (toko, taman, tempat ibadah, dsb).
  5. Menggunakan bahasa yang umum digunakan setiap hari dan berulang, serta menunjuk benda di sekeliling sambil menyebutkan namanya.
Bayi akan mampu mengucapkan kata pertamanya setelah berusia 6 hingga 8 minggu. Kata pertama tersebut belum berupa kata lengkap melainkan mengucapkan satu-dua suku kata sambil memandang orangtuanya. Untuk menstimulasi perkembangannya, orangtua dapat memuji bayi dengan memberikan senyuman ketika bayi melakukannya. Kemudian pada usia 6 hingga 8 bulan bayi mulai dapat menggumam kata seperti ma-ma atau da-da dan mungkin lebih banyak suku kata coba diucapkan apabila ia mendengar kata baru setiap hari.
Pada dasarnya, ada 3 bahasa bayi: tangisan, ocehan dan isyarat. Bahasa bayi dan perkembangannya dapat dilihat seperti di bawah ini:
  • Bahasa reseptif (masa preverbal). Bahasa ini dimulai dari tangisan pertama sampai bayi dapat melontarkan kata pertama. Tahap ini biasanya terdengar pada saat bayi berusia 4-6 minggu.
  • Bahasa ekspresif (masa verbal). Bahasa ini menunjukkan kemampuan bayi untuk mengeluarkan kata-kata yang berarti, seperti kata “mama” atau “papa” dan biasanya terdengar saat bayi berusia 12-18 bulan.
Tahapan Perkembangan Bahasa Pada Anak secara Umum:
  1. Reflexsive Vocalization : bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut dilakukan tanpa ia sadari.
  2. Babling : pada usia lebih dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan suara tangisan. Tangisan yang dikeluarkan telah dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
  3. Lalling : di usia 3 minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai dapat mendengar pada usia 2 s/d 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “ba….ba…, ma..ma….”
  4. Echolalia : saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang di dengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
  5. True Speech : bayi mulai dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa disebut batita.
Perkembangan bahasa anak dilihat dari pemerolehan bahasa menurut komponen-komponennya, sebagai berikut :

1. Perkembangan Pragmatik
Perkembangan komunikasi anak sesungguhnya sudah dimulai sejak dini, pertama-tama dari tangisannya bila bayi merasa tidak nyaman, misalnya karena lapar, popok basah.
  • Pada usia 3 minggu, bayi tersenyum saat ada rangsangan dari luar, misalnya wajah seseorang, tatapan mata, suara, dan gelitikan. Ini disebut senyum sosial.
  • Pada usia 12 minggu, mulai dengan pola dialog sederhana berupa suara balasan bila ibunya memberi tanggapan.
  • Pada usia 2 bulan, bayi mulai menanggapi ajakan komunikasi ibunya.
  • Pada usia 5 bulan, bayi mulai meniru gerak gerik orang, mempelajari bentuk ekspresi wajah.
  • Pada usia 6 bulan, bayi mulai tertarik dengan benda-benda sehinga komunikasi menjadi komunikasi ibu, bayi, dan benda-benda.
  • Pada usia 7-12 bulan, anak menunjuk sesuatu untuk menyatakan keinginannya. Gerak-gerik ini akan berkembang disertai dengan bunyi-bunyi tertentu yang mulai konsisten. Pada masa ini sampai sekitar 18 bulan, peran gerak-gerik lebih menonjol dengan penggunaan satu suku kata.
  • Pada usia 2 tahun, anak kemudian memasuki tahap sintaksis dengan mampu merangkai kalimat dua kata, bereaksi terhadap pasangan bicaranya dan masuk dalam dialog singkat.

2. Perkembangan Semantik
Karena faktor lingkungan sangat berperan dalam perkembangan semantik, maka pada umur 6-9 bulan anak telah mengenal orang atau benda yang berada di sekitarnya. Leksikal dan pemerolehan konsep berkembang pesat pada masa prasekolah. Terdapat indikasi bahwa anak dengan kosa kata lebih banyak akan lebih popular di kalangan teman-temannya. Diperkirakan terjadi penambahan lima kata perhari di usia 1,5 sampai 6 tahun. Terjadi strategi pemetaan yang cepat diusia ini sehingga anak dapat menghubungkan suatu kata dengan rujukannya.

3. Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya berupa kalimat dua kata. Berbeda dengan masa “kalimat satu kata” sebelumnya yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda. Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.

4. Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun panjang rata-rata ucapan meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun.

5. Perkembangan Fonologi
Para ahli membagi tahap perkembangan bahasa pada bayi sampai dengan usia tertentu, berikut ini adalah beberapa pendapat ahli :
>>Lundsteen
1. Tahap Pralinguistik
  • 0-3 bulan, bunyinya di dalam dan berasal dari tenggorok.
  • 3-12 bulan, banyak memakai bibir dan langit-langit, seperti ma, da, ba, dll.
2. Tahap protolinguistik
  • 12 bulan-2 tahun, anak sudah mengerti dan menunjukkan alat-alat tubuh. Ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa katanya dapat mencapai 200-300).
3. Tahap Linguistik
  • 2-6 tahun atau lebih, pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah.
>>Myklebust
  1. Lahir – 9 bulan : anak mulai mendengar dan mengerti, kemudian berkembanglah pengertian konseptual yang sebagian besar nonverbal.
  2. Sampai 12 bulan : anak berbahasa reseptif auditorik; belajar mengerti apa yang dikatakan, pada umur 9 bulan belajar meniru kata-kata spesifik.
  3. Sampai 7 tahun : anak berbahasa ekspresif auditorik termasuk persepsi auditorik kata-kata dan menirukan suara. Pada masa ini terjadi perkembangan bicara dan penguasaan pasif kosa kata sekitar 3000 buah.
  4. Umur 6 tahun dan seterusnya : anak berbahasa reseptif visual (membaca).

2. Perkembangan Kognitif

Menurut para ahli psikologi kognitif, pendayagunaan kapasitas ranah kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai mendayagunakan kapasitas motor dan sensorinya. Hanya, cara dan intensitas pendayagunaan kapasitas ranah kognitif tersebut tentu masih belum jelas. Argumen yang dikemukakan para ahli mengenai hal ini antara lain ialah kapasitas sensori dan jasmani seorang bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat diaktifkan tanpa aktivitas pengendalian sel-sel otak bayi tersebut. Sebagai bukti, jika seorang bayi lahir dengan cacat atau kelainan otak, kecil sekali kemungkinan bayi tersebut mengomatisasikan refleks-refleks motor dan daya-daya sensorinya. Otomatisasi menurut para ahli tidak pernah terlepas sama sekali dari aktivitas ranah kognitif, sebab pusat refleks sendiri terdapat dalam otak, sedangkan otak adalah pusat ranah kognitif manusia.
Seorang pakar terkemuka dalam disiplin psikologi kognitif dan psikologi anak, Jean Peaget (1896-1980) mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi 4 tahapan :
  1. Tahap sensory-motor (0-2 tahun), Bayi belajar tentang sekeliling mereka dengan mengggunakan indra dan kemampuan motor/gerak mereka.
  2. Tahap pre-operational (2-7 tahun), Anak belajar melambangkan segala sesuatu dalam pikiran.
  3. Tahap concrete-operational (7-11 tahun), Anak mengembangkan kemampuan bernalar logis dan memahami konsep, melihat hubungan, dan memecahkan masalah, tetapi hanya sejauh mereka melibatkan objek dan situasi yang sudah dikenal.
  4. Tahap formal-operational (11-15 tahun), Sesorang dapat menghadapi situasi hipotetis dengan abstrak dan dapat bernalar secara logis.

DAFTAR PUSTAKA

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
http://fendypurnomo.wordpress.com/psikologi-perkembangan-anak/