• RSS
Riyc's Blog

Thursday 23 July 2015

Metodologi Penelitian

A. Metodologi Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuwan yaitu, rasional, empiris, dan sistematis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris yang valid. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.

Tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan bererti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang benar-benar baru. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang ada.

Secara umum, data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah. Mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.

B. Riset Kualitatif

Riset kualitatif merupakan sekumpulan metode-metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat dengan desain yang cukup longgar, pengumpulan data lunak, dan bertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan melalui induktif langsung. Desain riset kualitatif bersifat berkembang (evolving), lentur (flexibel), dan umum (general).

Pengumpulan data yang dilakukan secara lentur, berarti sampel penelitian tidak sejak awal ditentukan dengan tegas. Sampel penelitian ditentukan dalam proses perjalanan pelaksanaan pengumpulan data dengan berpegang teguh pada prinsip kecukupan yang ditentukan oleh peneliti sendiri.

Riset atau metode kualitatif juga dinamakan sebagai metode baru, metode postpositivistik, metode artistik, dan metode interpretive research. Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru karena popularitasnya belu lama, dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut sebagai interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan di lapangan.

Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode etnographi karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretive dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala bersifat interaktif. Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah, artinya obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi peneliti, dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang/human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan. Analisis data bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikontruksikan menjadi hipotesis.

1. Ciri-ciri riset kualitatif
Ciri-ciri riset kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah sebagai berikut:

  • Riset kualitatif menghendaki situasi-situasi alami (natural) sebagaimana adanya,
  • Riset kualitatif adalah deskriptif dalam arti yang dikumpulkan lebih merupakan kata-kata atau gambar-gambar daripada angka-angka.
  • Riset kualitatif lebih tertuju pada penelitian tentang proses daripada hasil, sehingga penelitiannya berkenaan dengan rangkaian kegiatan.
  • Riset kualitatif cenderung menghendaki analisis data secara induktif dalam penyusunan teori, sehingga teori yang dihasilkan merupakan “the grounded theory”, yaitu teori yang diangkat dari bawah secara induktif.
  • Riset kualitatif terutama bertujuan mengenali makna peristiwa-peristiwa yang terjadi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari secara alami.

2. Bentuk-bentuk riset kualitatif
a. Metode etnografis
Metode etnografis pendidikan bertujuan menyusun sebuah deskripsi penuh arti (thick description) tentang jaringan hubungan, kegiatan-kegitan dan kenyakinan pihak-pihak yang terlibat dalam lingkungan-lingkungan pendidikan. Metode etnografis mempunyai empat dimensi atau karakteristik, yaitu:
  1. Dimensi induktif –deduktif
  2. Dimensi subjektif-objektif
  3. Generatif-verifikatif; dan
  4. Konstruktif-enumeratif

Metode etnografis mempunyai empat karakteristik yaitu:
  1. Menggunakan data fenomenologis yang hadir; data tersebut mewakili pandangan dunia para partisispan yang sedang diselidiki, dan gagasan-gagasan partisipan di pergunakan untuk mendesain riset
  2. Strategi riset bersifat empiris dan naturalistik; obserfasi partisipan dan non partisispan di gunakan untuk memperoleh laporan-laporan pengindraan dari tangan pertama tentang gejala-gejala sebagaimana adanya dalam lingkungan-lingkungan dunia nyata, dan para peneliti menjaga agar terhindar dari rekayasa yang terencana terhadap variabel-variabel yang diselidiki;
  3. Riset etnografis adalah holistik; riset tertuju pada menyusun deskripsi-deskripsi tersebut pola-pola hubungan yang kompleks yang bersifat sebab-akibat serta mempengaruhi tingkah laku manusia dan keyakinan tentang gejala tersebut;
  4. Strategi riset etnografis adalah multimodal atau eklektif; riset etnografis menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data.

Seperti riset lainnya, proses penyelenggaraan riset etnografis terdiri atas:
1) Penyusunan desain
2) Pengumpulan data
3) Analisis dan interpretasi data, dan
4) Penyajian data dalam bentuk sebuah deskripsi penuh arti atau thick description.

Beberapa bentuk riset dalam pendidikan, antara lain sebgai berikut:
  1. Karier dan sejarah-sejarah hidup atau analisis-analisis peranan individu-individu
  2. Etnografis mikro tentang kelompok-kelompok kerja kecil dan pengguna waktu senggang dalam kelas dan sekolah
  3. Studi tentang kelas-kelas tunggal yang di abstrak sikap sebgai kelompok-kelompok masyarakat kecil
  4. Study tentang fasilitas sekolah atau kandep kecamatan yang dipandang sebagai unit-unit komunitas yang mempunyai karakteristik yang berbeda
  5. Perbandingan-perbandingan terkontrol secara konseptual tentang setiap angka individu terakhir dari empat unit secara silang

b. Grounded Theory
Grounded theory adalah suatu yang bersifat konseptual atau teori sebagai hasil pemikiran induktif dari data yang dihasilkan dalam penelitian mengenai suatu fenomena atau suatu teori yang dibangun dari data suatu fenomena dan dianalisis secara induktif, bukan hasil pengujian teori yang telah ada. Untuk menganalisis data secara induktif diperlukan kepekaan teori (theoretical sensitivity). Sedang tujuan dari grounded theory adalah menyusun teori yang tepat dan memberi gambaran yang jelas tentang bidang yang diteliti. Peneliti-peneliti bekerja dalam tradisi yang demikian, dan berharap teori yang mereka bangun dapat dikaitkan dengan teori teori lain dalam disiplin masing-masing dan implikasinya dapat berguna dalam penerapannya.

Agar hasil analisis secara induktif terhadap data fenomena tersebut dapat dikatakan sebagai grounded theory harus memenuhi 4 (empat) kriteria sebagai berikut:
  1. Cocok (fit) yaitu apabila teori yang dihasilkan cocok dengankenyataan sehari-hari sesuai bidang yang diteliti
  2. Dipahami (understanding) yaitu apabila teori yang dihasilkan menggambarkan realitas (kenyataan) dan bersifat komprehensif, sehingga dapat dipahami oleh individu-individu yangditeliti maupun oleh peneliti
  3. Berlaku umum ( generality) yaitu apabila teoriyang dihasilkan meliputi berbagai bidang yang bervariasi sehingga dapatditerapkan pada fenomena dalam konteks yang bermacam-macam
  4. Pengendalian (controll ) yaitu apabila teori yang dihasilkan mengandung hipotesis-hipotesis yang dapat digunakan dalam kegiatan membimbing secara sistematik untuk mengambil data aktual yang hanya berhubungan dengan fenomena terkait.

Dari penjelasan-penjelasan Strauss dan Corbin tentang grounded theory tersebut di atas juga dapat ditarik kesimpulan tentang ciri-ciri grounded theory sebagai berikut:
  1. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil pengembangan teori yang sudah ada.
  2. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian kuantitatif
  3. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi 4 (empat) kriteria yaitu: cocok ( fit ), dipahami (understanding ), berlaku umum ( generality ), pengawasan (controll ), juga diperlukan dimilikinya kepekaan teoretik (theoretical sensitivity) dari si peneliti. Kepekaan teori adalah kualitas pribadi si peneliti yang memiliki pengetahuan yang mendalam sesuai bidang yang diteliti, mempunyai pengalaman penelitian dalam bidang yang relevan. Dengan pengetahuan dan pengalamannya tersebut si peneliti akan mampu memberi makna terhadap data dari suatu fenomena atau kejadian dan peristiwa yang dilihat dan didengar selama pengumpulan data. Selanjutnya si peneliti mampu menyusun kerangka teori berdasarkan hasil analisis induktif yang telah dilakukan. Setelah dibandingkan dengan teori-teori lain dapat disusun teori baru
  4. Kemampuan peneliti untuk memberi makna terhadap data sangat diperngaruhi oleh kedalaman pengetahuan teoretik, pengalaman dan penelitian dari bidang yang relevan dan banyaknya literatur yang dibaca. Hal-hal tersebut menyebabkan si peneliti memiliki informasi yang kaya dan peka atau sensitif terhadap kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam fenomena yang diteliti.

c. Pendekatan Studi Kasus
Dalam penelitian kualitatif dikenal terminologi studi kasus (case study) sebagai sebuah jenis penelitian. Studi kasus diartikan sebagai metode atau strategi dalam penelitian untuk mengungkap kasus tertentu. Ada juga pengertian lain, yakni hasil dari suatu penelitian sebuah kasus tertentu. Jika pengertian pertama lebih mengacu pada strategi penelitian, maka pengertian kedua lebih pada hasil penelitian. Dalam sajian pendek ini diuraikan pengertian yang pertama. Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada satu objek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena. Sebab, yang kasat mata hakikatnya bukan sesuatu yang riel (realitas). Itu hanya pantulan dari yang ada di dalam.

Sebagaimana lazimnya perolehan data dalam penelitian kualitatif, data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, baik melalui wawancara, observasi, partisipasi, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dari berbagai cara itu hakikatnya untuk saling melengkapi. Ada kalanya data yang diperoleh dari wawancara belum lengkap, sehingga harus dicari lewat cara lain, seperti observasi, dan partisipasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu. Menurut Yin (1993) mengatakan bahwa studi kasus ini lebih banyak burkutat upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, bagaimana merupakan salah satu strategi yang banyak dilakukan dalam penelitian kualitatif, meskipun tidak semua penggunaan studi kasus ini merupakan penelitian kualitatif.

d. Pendekatan Fenomenologi
Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomonologi dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutik, yaitu ilmu yang mempelajari arti daripada fenomena ini. Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Little john bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut.

Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Secara ringkas bahwa pendekatan fenomenologi bertujuan memperoleh interpretasi terhadap pemahaman manusia (subyek) atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak, yang mencul dalam kesadaran manusia (subyek), untuk dapat mengetahui aspek subyektif tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari kita harus masuk kedalam dunia kesadaran (konseptual) subyek yang diteliti.

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu).

e. Narative
Menurut Webster dan Metrova (selanjutnya saya singkat menjadi WM), narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari (baik dalam bentuk gosip, berita, fakta, analisis, dan sebagainya, karena semua itu dapat disebut sebagai ‘cerita’). Fokus penelitian dari metode ini adalah cerita-cerita yang didengarkan di dalam pengalaman kehidupan manusia sehari-hari.Di dalam cerita/narasi, kompleksitas kultural kehidupan masyarakat dapat ditangkap dan dituturkan di dalam bahasa. Dalam arti ini cerita bukan hanya menjadi cerita saja, melainkan menjadi bagian dari penelitian untuk memahami manusia dan dunianya.

Setiap manusia memiliki cerita.Cerita itu bermacam-macam.Di dalam cerita terkandung nilai-nilai yang mencerminkan pandangan dunia manusia itu, sekaligus cerita-cerita yang membentuk identitasnya sebagai manusia.Metode naratif hendak memahami kehidupan manusia yang memang penuh dengan ‘cerita’. Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan bersifat sangat kualitatif guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan perubahan waktu. Tentu saja bagi para ilmuwan yang menganut positivisme-saintifik (yang mempercayai keketatan metode penelitian tradisional dan), pendekatan ini tampak tidak ilmiah.Akan tetapi tuduhan itu tidaklah tepat.Identitas manusia dibentuk dan berkembang seturut dengan cerita yang diajarkan kepadanya, sekaligus cerita yang dituturkan di dalam hidupnya. Bahkan bisa dikatakan seluruh nilai-nilai yang diajarkan (terutama di indonesia) berbasis pada tradisi oral yang mengedepankan cerita. “Narasi, dan cerita yang ditangkapnya”, demikian tulis WM, “menawarkan penelitian yang memberi penegasan tentang pengertian-pengertian yang tidak dapat ditemukan oleh model penyelidikan tradisional.”

C. Metodologi Kuantitatif

Riset kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang tersruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol, dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris. Desain riset kuantitatif bersifat ditetapkan terlebih dahulu pola hubungan variabel-variabel yang diteliti; dinyatakan secara tegas tersurat; dan variabel-variabel serta hubungan-hubungan didefinisikan secara operasional.

Riset atau metodologi kuantitatif sering dinamakan metode tradisional, positivistik, scientific, dan metode discovery.metode kuantitatif dinamakan metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Dinamakan metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Dinamakan metode scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah, dinamakan metode discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.

Metode penelitian kuantitatif berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian; analisis penelitian bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme memandang gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab-akibat. Proses penelitian bersifat deduktif, dimana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.

1. Ciri-ciri riset kuantitatif
Ciri-ciri riset kuantitatif sebagai berikut:
  • Riset kuantitatif menghendaki adanya perekayasaan situasi yang akan diteliti.
  • Riset kuantitatif adalah eksperimental atau percobaan yang dilakukan secara terencana, sistematis dan terkontrol dengan ketat.
  • Riset kuantitatif lebih tertuju pada penelitian tentang hasil daripada proses,
  • Riset kuantitatif cenderung merupakan prosedur pengumpulan data melalui observasi untuk pembuktian hipotesis yang dideduksi dari dalil atau teori.
  • Riset kuantitatif terutama bertujuan menghasilkan penemuan-penemuan.


2. Bentuk-bentuk riset kuantitatif
a. Pre-Experimental Design
Desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre-Experimental Design ada tiga macam yaitu:

1. One-Shot Case Study
Terdapat suatu kelompok diberi treatment/perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment sebagai variabel independen dan hasilnya sebagai variabel dependen). Dapat digambarkan sebagai berikut:
X_ _ _ _ _O
Dimana, X : treatment yang diberikan, O : observasi

2. One-Group Pretest-Posttest Design
One Group Pretest-Postesst Design merupakan desain eksperimental yang dilakukan dengan cara memberi tes awal (pretest) dan terakhir (postesst) pada satu kelompok, yang bertuju untuk menilai pengaruh sebuah variable. Dapat digambarkan sebagai berikut:
O1_ _ _X_ _ _O2
Dimana, O1 : nilai pretest, O2 : nilai posttest

3. Static-Group Comparison
Static Group Comparison merupakan penyelidikan yang dilakukan terhadap dua kelompok yang kurang lebih mempunyai karakteristik yang sama, yang dipilh secara acak (random). Dapat digambarkan sebagai berikut:
1 _ _ _ X _ _ _ O1
2 _ _ _ _ _ _ O2

b. True Experimental Design
Peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Bentuk True Experimental Design ada dua yaitu:

1. Pretest Posttest Control Group Design
Pretest Posttest Control Group Design merupakan penyelidikan terhadap kedua kelompok yang terdiri atas kolompok eksperimental yang di beri perlakuan dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan dan hasilnya diketahui melalui tes awal dan tes akhir yang di berikan pada kedua kelompok. Tujuan riset eksperimental ini adalah menyelidiki akibat sebuah pengaruh pada sebuah sampel yang terkontrol secara cermat . Dapat digambarkan sebagai berikut:
O1_ _ _X_ _ _O2
O3_ _ _ _ _ _ O4

2. Solomon Four- Group Design
Solomon Four- Group Design merupakan penyelidikan terhadap empat kelompok yang sederajat dan di pilih secara acak. Empat kelompok terdiri atas dua pasang. Pasangan pertama terdiri atas satu kelompok eksperimental dan satu kelompok kontrol. Tes-awal dan tes-akhir dilakukan pada kedua kelompok tersebut, pasangan kedua terdiri satu kelompok eksperimental dan satu kelompok kontrol . tujuan riset ekperimental ini adalah meminimalkan pengaruh hawtorne atau pengaruh –pengaruh dari luar. Dapat digambarkan sebagai berikut:
O1_ _ _X_ _ _O2
O3_ _ _ _ _ _ O4
_ _ _ X _ _ _ O5
_ _ _ _ _ _ O6

3. Posttest Only Control Group Design
Posttest Only Control Group Design atau desain kelompok kontrol tes – akhir semata merupakan penyelidik terhadap dua kelompok yang setara dan di pilih secara acak ,terdiri atas satu kelompok kontrol, hanya tes-akhir yang di pergunakan untuk mengetahui hasil hasil dari kedua kelompok tersebut. Tujuan riset eksperimental menilai dari sebuah situasai yang tidak dapat dilakukan terawal. Dapat digambarkan sebagai berikut:
_ _ _X_ _ _O2
_ _ _ _ _ _ O4

c. Quasi Experimental Design
Quasi-eksperimental design dipergunakan dalam kondisi tidak dapat dilakukan pemilihan sampel secara acak. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Bentuk Quasi Experimental Design ada dua yaitu:

1. Time Series Design
Kelompok tidak dipilih secara random dan hanya menggunakan satu kelompok saja sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Dapat digambarkan:
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

2. Nonequivalent Control Group Design
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
O1 X O2
O3 O4

D. Perbedaan Riset Kualitatif dan Riset Kuantitatif