• RSS
Riyc's Blog

Saturday, 18 July 2015

Filsafat Pendidikan : Aliran Parenialisme

Latar Belakang Aliran Perenialisme

Perenialisme merupakan sutau aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad ke-20. Perenialisme lahir dari suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekan perubahan dan suatu yang baru. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosikultural.

Solusi yang ditawarkan kaum perenialis adalah jalan mundur ke belakang dengan mengunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kukuh, kuat pada zaman kuno dan pertengahan. Peradaban- kuno (yunani purba) dan abad pertengahaan sebagai dasar budaya bangsa- bangsa di dunia dari masa ke masa dari abad ke abad.

Pandangan-pandangan yang telah menjadi dasar pandangan manusia tersebut, telah teruji kemampuan dan kekuatan oleh sejarah. Pandangan-pandangan plato dan aristoteles mewakili peradaban yunani kuno, serta ajaran thomas aquina dari abad pertengahan.kaum prenialis percaya bahwa ajaran dari tokoh-tokoh tersebut memiliki kualitas yang dapat dijadikan tuntutan hidup dan kehidupan manusia pada abad ke dua puluh ini.

Mohammad Noor syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidkan harus lebih banyak mengerahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan yang btelah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali tau proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.perenialisme tidak melihat jalan yang meyakinkan selain, kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa yang membentuk suatu sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (yunani kuno).

Sejarah Aliran Perenialisme

Pendukung filsafat perenialisme adalah Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler. Hutchins (1963) mengembangkan sutu kurikulum berdasarkan penelitian terhadap Great Books (buku besar bersejarah) dan pembahasaan buku-buku klasik . Perenialis mengunaksn prinsip-prinsip yang dikemukakan plato , Aristoteles , dan Thomas Aquino. Pandangan -pandangan plato dan Aristoteles mewakili peradaban yunani kuno serta ajaran Thomas Aquino dari abad pertengahan. Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philoshopia perenis. Pendidri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudisn didukung dan dilanjutkan oleh St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad ke-13.

Perenialisme memendang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad pertemngahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukankah nostalgias (rindu atas hal-hal yang sudah lampau semata-mata) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang. Jadi sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme dimana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.

Asas-asas filsafat perenialisme bersumber pada filsafat , kebudayaan yang mempunyai dua sayap , yaitu perenialisme yang theologis yang ada dalam pengayoman pada gereja khatolik , khususnya menurut dan intreprestasi Thomas Aquinas , dan perenialisme sekular yakni yang berpegang kepada ide dan cita filosofis Plato dan Aristoteles,

Filsafat perenialisme Menurut Tokoh

Pandangan para tokoh mengenai prenialisme yaitu:

1. Plato
Plato (427-347SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan ketidaskpastian, yaitu filsafat sofisme . Ukuran kebenaran dan ukuran moral merupakan sofisme adalah , manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenara, tergantung pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-kenyataan itu tidak ada pada diri manusia dari asalnya, yang berasal dari realitas yang hakiki. Menurut plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide mutlak, yaitu tuhan. Kebenaran, pengatahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran , pengetahuan, dan nilai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu. Dengan mengunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan kembali oleh manusia.

2. Aritoteles
Aritoteles (348-322SM), adalah murid plato, namun dalam pemikiranya ia mereaksi terhadap filsafat gurunya. Yaitu idealisme. Hasil pemikirnys disebut filsafat realisme (realism klasik). Cara berfikir Arithoteles berbeda dengan gurunya , Plato, yang menekankan rasional spekulatif. Arithoteles mengambil cara berfikir rasional emepiris realitas. Ia mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas , yang lebih dekat dengan alam kehidupan manusia sehari-hari.

Arithoteles hidup pada abad ke empat sebelum masehi, namun ia dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahaan. Karya-karya Arithoteles merupakan dasar berfikiranbd pertengahan yang melahirkan reanissence. Sikap positifnya terhadap inkury menyebabkan ia mendapat sebutan sebagai bapak sains moderen. Kebajikan akan menghasilkan kebahagian dan kebajikan, bukanlah peryataan atau perenungan pasif, melaikan merupakan sikap kemauan yang baik dari manusia.

Menurut Arithoteles, manusia adalah makhuk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya dalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai maklhuk rohani manusia sadar akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju kepada manusia ideal, manusia sempurna.

3. Thomas Aquina
Thomas Aquina mencoba mempertemukan sutu pertentangan yang muncul pada waktu itu, yaitu antara ajaran kristen dengan filsafat(sebetulnya dengan filsafat Arithoteles, sebab pada waktu itu yang dijadikan dasar pemikiran logis adalah neoplationalisme dan plotinus yang dikembangkan oleh St. Agustinus. Menurut aquina , tidak dapat pertentanganantara filsafat(khususnya filsafat Aristhoteles) dengan ajaran agama (kristen). Keduanya dapat berjalan dalam jalannya masing-masing. Thomas aquina secara terus menerus dan tanpa ragu-ragu mendasarkan filsafatnya kepada filsafat Arithoteles.

Pandangan tentang realitas, ia mengemukakan, bahwa segala sesuatu yang ada , adanya itu karna diciptakan oleh tuhan, dan tergantung kepada-ny. Mengalir dari tuhan bagaikan air yang mengalir dari sumbernya, seperti halnya”emansi”. Thomas Aquina menekankan dua hal dalam pemikiran tentang relitantanya, yaitu: 1) dunia tidak diadakan dari semacam bahan dasar , dan 2) penciptaan tidak terbatas untuk suatu saat saja, demikian menurut Bertnes (1979).

Dalam masalah pengetahuan, Thomas Aquina mengemuksksn bahwa pengetahuan itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan akal budi, menjadi pengetahuan, selain pengetahuan manusia yang bersumber dari wahyu , manusia dapat memperoleh pengetahuan dengan melaui pengalaman dan rasionya,( disini ia mengemukakan pandangan filsfat idiealisme,realisme, dan ajaran grejanya). Filsafat aquina disebut tomisme. Kadang-kadang orang tidak membedakan antara neotonisme dengan perenialisme.

Konsep Dasar Perenialisme

1. Hakikat pendidikan
Tentang pendidikan kaum perenialisme memandang education as cultur regression: pendidikan sebagai jalan kembali, atau proses mengembalikan keadaaan manusia sekarang seperti dal;am masa lampau yang dianggap sebagai kebudayaan ideal. Tugas pendidikan adalah memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti ,absolut, dan abadi yang terdapat dalam kebudayaan masa lampau yang dipandang sebagai kebudayaan ideal tersebut.sejalan dengan hal diats, penganut perenialisme percaya bahwa prinsip-prinsip pendidikan juga bersifat universal dan abadi.
Filsafat pendidikan perenialisme mempunyai empat prinsipdalam pembelajaran secara umum yang mesti dimiliki manusia, yaitu:
  1. Kebenaran yang bersifat universal dan tidak tergantung pada tempat, waktu, dan oramg.
  2. Pendidikan yang baik melibatkan pencarian pemahaman atas kebenaran.
  3. Kebenaran dapat ditemukan dalam karya-karya agung.
  4. Pendidikan adalah kegiatan liberal utuk mengembangkan nalarbeberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan.


2. Tujuan Umum Pendidikan
Membantu anak menyingkap dan menanamkan kebenaran -kebenaran hakiki. Oleh karena itu kebenaran-kebenaran itu universal dan konstan, maka kebenaran-kebenaran itu hendaknya menjadi tujuan-tujuan pendidikan yang murni. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaik-baiknya melalui:
  1. Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran.
  2. Latihan karakter sebagai cara mengembangkan manusia secara sepiritual.

Pendidikan menurut tokoh-tokoh aliran perenialisme berikut ini:
  1. Menurut plato pendidikan adalah membina atau memimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakanya dalam aspek kehidupan.
  2. Menurut Arithoteles pendidikan adalah membentuk kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan moral.
  3. Menurut thomas Aquinas pendidikan adalah menuntun kemampauan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif.


3. Hakikat Guru
Tugas utama pendidikan adalah guru, dimana tugas pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran(pengetahuan) kepada anak didik . Faktor keberhasilan anak dalam akalnya adalah guru, berikut pandangan aliran perenialisme mengenai guru.
  1. Guru mempunyai peran yang dominan dalam penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas.
  2. Guru hendaknya adalah orang yang menguasai cabang ilmu, yang bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa dalam menyimpulkan kebenaran, yang tepat ,tanpa cela , dan dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan kehlianya tidak diragukan.


4. Hakikat Murid
Murid dalam aliran perenialisme merupakan mahkluk yang di bimbing oleh prinsip-prinsip pertama, kebenaran-kebenaran abadi, pikiran mengangkat dunia biologis. Hakikat pendidikan upaya proses transformasi pengetahuan dan nilai pada subyek didik. Mencangkup totalitas aspek kemanusiaan , kesadaran, dan sikap dan tindakan kritis, terhadap fenomena yang terjadi di sekitarnya. Pendidikan bertujuan mencapai tujuan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasianaol, perasaan dan indera, karena itu pendidikan harus mencanggkup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya.

5. Proses Belajar Mengajar
Tuntutan tertinggi dalam belajar menurut perenialisme, adalah latihan dan disiplin mental. Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme terutama:

a) Mental disiplin sebagai teori dasar
Menurut perenialisme latihan dan pembinaan berfikir adalah salah satu kewajiban tertinggi dalam belajar, karena program pada umumnya dipusatkan kepada kemampuan berfikir.

b) Rasionalitas dan asas kemerdekaaan
Asas berfikir dan kemerdekaan harus menjadi tujuan utama pendidikan, otoritas berfikir harus disempurnakan sesempurna mungkin. Dan makna pendidikan hendaknya membantu manusia untuk dirinya sendiri yang membedakanya dari mahkluk yang lain. Fungsi belajar harus diabdiakn bagi tujuan itu, yaitu aktualisai diri manusia sebagai mahkluk rasional yang bersifat merdeka.

c) Learning to Reason ( belajar untuk berfikir)
Bagaimana tugas berat ini dapat dilaksanakan yakni belajar supaya mampu berfikir, perenialisme tetap percaya dengan asas pembentukan kebiasaan dalam permulaan pendidikan anak. Kecakapan membaca, menulis, dan menghitung merupakan landasan dasar. Dan berdasarkan pentahapan itu, maka learning to reason menjadi tutjuan pokok pendidikan tinggi.

d) Belajar sebagai persiapan hidup
Belajar untuk mampu berfikir bukanlah semata-mata tujuan kebajikan moral dan kebajikan intelektual dalam rangka aktua;itas sebagai filosofis, belajar untuk berfikir pula guna untuk memenuhi fungsi practical philoshopy baik etika , sosial politik , ilmu dan seni.

f) Kurikulum
Kurikulum menurut kaum perenialis harus menekankan pertumbuhan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi “pelajar secara cultural” para siswa harus berhadapan dengan bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik yang diciptakan oleh manusia.

Dua pendukung dari filsafat perenialis adalah Robert Maynard Hutchins., dan mortimer Adler. Sebagai rector di university of Chicago , Hutchin (1963) mengembangkan sutau kurikulum mahasiswa S1 berdasarkan penelitian terhadap buku besar bersejarah (Greeat Book) dan pembahasan buku-buku klasik. Kegiatan ini dilakukan dalam kegiatan seminar-seminar kecil.kurikulum perenialis Hutchins didasarkan asumsi mengenai pendidikan.
  1. Pendidilan harus mengangkat pencarian kebenaran manusia yang berlangsung terus menerus. Kebenaran apaun akan selalu benar dimanapun juga, kebenaran bersifat universal dan tidak terikat waktu.
  2. Karena kerja pikiran adalah bersifat intelektual dan memfokuskan pada gagasan-gagasan, pendidikan juga harus memfokuskan pada gagasan-gagasan , pengolahan rasionalitas manusia adalah fungsi penting pendidikan .
  3. Pendidikan harus menstimulus para mahasiswa untuk berfikir secara mendalam mengenai gagasan-gagasan signifikan. Para guru harus mengunakan pemikiran yang benar dan kritis seperti metode pokok mereka, dan mereka harus mensyaratkan hal yang sama pada siswa.


6. Analisis Kritis terhadap Konsep dasar aliran perenialisme

1. Kelebihan
Perenialisme mengangkat kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang menjadi pandangan hidup yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatianya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tanguh.

Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan sains. Untuk menjadi terpelajar menjadi kultural, para siswa harus berhadapan pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling signifikan yang diciptakan oleh manusia.

2. Kelemahan
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut,kebenaran universal yang tidak terkait pada tempat dan waktu aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.

Perenialisme kurang menerima adanya perubahan-perubahan, karena menurut mereka perubahan-perubahan menurut mereka banyak menimbulkan kekacauan, ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural.

3. Solusi
Dalam proses pembelajaran guru harus menyeimbangkan antara pengetahuan dan kegiatan sehari-hari siswa. Yaitu dengan menyeimbangkan aspek kognitif,afektif, dan pesikomotorik.guru dikelas tidak hanya menekankan pada aspek kognitif saja.

Perenialis harus bisa lebih terbuka terhadap perubahan yang terjadi di setiap jaman karena suatu perubahan tidak selalu berdampak buruk atau pengaruh negative dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosiokultural, harus dapat menyaring perubahan-perubahan yang terjadi.

4. Relevansi pandangan perenialisme dan penerapanya di bidang pendidikan
Ilmu pengetahuan merupakan yang tertinggi menurut perenialisme, karena dengan ilmu pengetahuanlah seorang dapat berfikir yang bersifat analisa. Jadi dengan berfikir maka kebenaran itu akan dapat di hasilkan melalui akal pikiran. Menurut Epistimologi Thomisme sebagai besarnya berpusat sebagai pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia.apabila pikiran itu bermula pada keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan tenaganya secara penuh. Jadi epistimologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang pengertian kebenaran yang sesuai dengan relita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan mengunakan tenaga pada logika melalui hukum berfikir metode deduksi, yang meupakan teknologi filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki, dan tujuan dari epistimologi perenialisme dalam premis mayor dan metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realitas khusus.

Menurut perenialisme penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Prinsip-prinsip pertama mempunyai peran sedemikian, karena telah memiliki evidensi diri sendiri.

Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal faktor-faktor dengan pertautanya masing-masing memahami problem yang diselesaikan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.