A. Pengertian Aliran Filsafat Progresivisme
Filsafat pendidikan modern pada garis besarnya dibagi kepada empat aliran yaitu aliran progresivisme, esensialisme, perenialisme dan rekonstruksianisme (Imam Barnadib, 1982, Mohammad Noor Syam, 1986). Namun pada tulisan ini hanya penggambaran singkat
yakni penggambaran hal-hal tentangaliran filsafat pendidikan progresivisme. Progresivisme berkembangan dalam permulaan abad 20 terutama di Amerika Serikat.Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat) pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas.
Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered).Sebagai reaksi terhadap pelaksanan pendidikan yang berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered).
Progresivisme merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang berkembang dengan pesat pada permulaan abad ke-20 dan sangat berpengaruh dalam pembaharuan pendidikan yang didorong oleh aliran naturalisme dan experimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme dan pragmatisme sehingga penyebutan nama progressivisme sering disebut salah satu dari nama-nama aliran tadi.
Aliran progresivisme memandang kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu arah yang positif.Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Progresivisme dalam pandangannya selalu berhubungan dengan pengertian “the liberal road to cultural” yakni liberal dimaksudkan sebagai fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan bersikap terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan pengalaman.Progressivisme disebut sebagai naturalisme yang mempunyai pandangan bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah alam semesta ini (bukan kenyataan spiritual dari supernatural). Oleh sebab itu akan dikaji lebih jauh bagaimana dasar konsep progressivisme yang terus berkembang, yang mana hasil tersebut akan menjadi bahan acuan pembaharuan-pembaharuan pendidikan dalam setiap bidangnya.
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918.Selama dua puluh tahunan merupakan suatu gerakan yang kuat di Amerika Serikat.Banyak guru yang ragu-ragu terhadap gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya.Kaum progresif sendiri mengkritik filsafat Dewey.Perubahan masyarakat yang dilontarkan oleh Dewey adalah perubahan secara evolusi, sedangkan kaum progresif mengharapkan perubahan yang sangat cepat, agar lebih cepat mencapai tujuan.
B. Tokoh Filsafat Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
William James seorang psychologist yang lahir di New York pada tanggal 11 januari 1842 dan meninggal pada tanggal 26 Agustus 1910 di Choruroa, New Hemshire. Selain sebagai seorang psikolog, ia juga sebagai filosof Amerika yang sangat terkenal. Paham, ajaran, dan kepribadiannya sangat berpengaruh di berbagai negara Eropa dan Amerika, selain sebagai penulis yang sangat brilian, dosen, dan penceramah dibidang filsafat, ia juga dikenal sebagai pendiri aliran pragmatisme. James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksitensi organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup.Dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam.
Jadi, James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.Buku karangannya yang berjudul, prinsiplesofpsycologyyang terbit tahun 1890 yang membahas dan mengembangkan ide-ide tersebut, dengan cepat menjadi ilmu klasik dalam bidang itu, hal inlah yangmengantarkan William James terkenal sebagai ahli filsafat pragmatisme dan empirismeradikal.
2. John Dewey (1859 – 1952)
John Dewey lahir pada tanggal 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermon, dan meninggal pada tanggal 1 Januari 1952 di New York. Ia juga tercatat sebagai salah seorang pendiri filsafat pragmatisme. Ide filsafatnya yang utama berkisar pada problema pendidikan yang konkret, baik teori maupun praktik.Reputasi internasionalnya terletak pada sumbangan pemikirannya dalam bidang filsafat pendidikan progesifisme di Amerika.Dewey juga tidak hanya berpengrauh di kalangan ahli filsafat profesional, tetapi juga karena perkembangan idenya yang fundamental dalam bidang ekonomi, hukum, antropologi, teori politik, dan ilmu jiwa. Selain itu, ia juga tercatat sebagai juru bicara tentang cara-cara kehidupan demokratis yang sangat terkenal di Amerika Serikat.
Aliran progresivisme yang didukung juga oleh filsafat pragmatisme John Dewey yang menyatakan bahwa yang benar adalah apa yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaaan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekakan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri.Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas. Menurut Dewey pendidikan adalah proses dari kehidupam dan bukan persiapan masa yang akan datang.
Selain itu, ia juga memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Maksudnya sebagai proses pertumbuhan anak didik dapat mengambil kejadian-kejadian dari pengalaman lingkungan sekitarnya. Maka dari itu, dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan, sebab belajar yang baik tidak cukup disekolah saja.Dengan demikian, sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar.Sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar atau daerah dimana sekolah itu berada. Untuk itu filsafat progresivisme menghendaki sistem pendidikan dengan bentuk belajar “ sekolah sambil berbuat” atau learning by doing.
3. Hans Vaihinger (1852 – 1933)
Hans Vaihinger berpendapat bahwa tahu itu hanya mempunyai arti praktis.Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia.Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna.untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
C. Karakteristik Progresivisme
Ciri-ciri utama aliran progresivisme ialah didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam manusia itu sendiri dengan skill dan kekuatannya sendiri. Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai the liberal road to culture.Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran dan bersikap terbuka.Liberal dalam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan pengalaman. Liberal dalam arti menghormati martabat manusia sebagai subjek di dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada padanya. Sebagai konsekwensi dari pendapatnya aliran ini kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoriter.Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat digolongkan sebagai:
- Negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme dan absolutisme dalam segala bentuk.
- Positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi-potensi alamiah, terutama kekuatan self-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidupnya.
Lingkungan dan pengalaman mendapat perhatian cukup dari aliran ini. Sehubungan dengan ini, menurut progresivisme, ide-ide, teori-teori atau cita-cita itu tidaklah cukup hanya diakui sebagai hal-hal yang ada, tetapi yang ada ini haruslah dicari artinya bagi suatu kemajuan atau maksud-maksud baik yang lain. Di samping itu manusia harus dapat memfungsikan jiwanya untuk membina hidup yang mempunyai banyak persoalan yang silih berganti. Ciri-ciri utama progresivisme adalah:
- Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
- Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
- Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang dapat menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian utama dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
- Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor daripada suatu kebudayaan yakni (1) perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi dan dicapai dari masa ke masa, (2) perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang dalam proses pembinaan untuk masa depan.
- Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat digolongkan ke (1) negative and diagnostic yakni bersikap anti terhadap otoritarialisme dan absolutisme dalam segala bentuk, seperti agama, moral, sosial, politik dan ilmu pengetahuan, (2) positive and remedial yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi alamiah, terutama kekuatan-kekuatan self-regenarative (diperbaharui sendiri) untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hidup.
D. Pendidikan Menurut Progresivisme
Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia pendidikan.Progresif (berkembang maju) adalah sifat alami kodrat, dan itu berarti perubahan, dan perubahan berarti sesuatu yang baru. Progresivisme mengangggap pendidikan mampu merubah dalam arti membina kebudayaan yang baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi hari yang akan datang yang semakin kompleks.
Progresivisme menghendaki pendidikan yang pada hakikatnya progresif (kearah kemajuan dari keadaan sekarang).Tujuan pendidikan diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus menerus, agar peserta didik dapat berbuat sesuatu yang inteligen dan mampu mengadakan penyesuaian dan penyesuaian kembali sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.
Aliran filsafat progresivisme berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Progresivisme mempunyai konsep yang di dasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri.Oleh karena kemajuan atau progress ini menjadi suatu statmen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan di pandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum.
Aliran progesivisme telah memberikan sumbangan yang besar di dunia pendidikan.Aliran ini telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada anak didik. Anak didik diberikan kebaikan, baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu, filsafat progesivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter.
Aliran progresivisme memandang kehidupan manusia berkembang terus menerus dalam suatu arah yang positif.Apa yang dipandang benar sekarang belum tentu benar pada masa yang akan datang. Oleh sebab itu peserta didik bukanlah dipersiapkan untuk menghidupi masa kini, melainkan mereka harus dipersiapkan menghadapi kehidupan masa yang akan datang.
Berikut beberapa pandangan aliran progresivisme dalam bidang pendidikan, antara lain sebagai berikut:
1. Pendidikan
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahnwa pendidikan harus terpusat pada anak bukanlah memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses perkembangan dan sebagai suatu rekonstruksi pengalaman yang terus-menerus. Progresivisme menekankan enam prinsip mengenai pendidikan dan belajar, yaitu:
- Pendidikan seharusnya adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan atau kehidupan.
- Belajar harus berhubungan dengan minat anak
- Belajar melalui pemecahan masalah hendaknya diutamakan dari pada pemberian bahan pelajaran
- Guru berperan dalam pemberi advise, bukan untuk mengarahkan
- Sekolah harus menggerakkan kerjasama daripada kompetensi
- Demokrasi
2. Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan menurut pandangan aliran progresivisme adalah pendidikan harus memberikan keterampilan dan alat-alat yang bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dalam proses perubahan secara terus menerus.Yang dimakssud dengan alat-alat adalah keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah.Pendidikan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan. Selain itu pendidikan juga bertujuan membantu peserta didik untuk menjadi warga Negara yang demokratis.
Rose belajar terpusatkan pada perilaku cooperative dan disiplin diri dimana kebudayaan sangat dibutuhkan dan berfungsi dalam masyarakat.Tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja dan bekerja dengan otak dan hati.
3. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum disusun sekitar pengalaman siswa, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial.Ketertarikan anak adalah titik tolak bagi pengalaman belajar.Kurikulum progresivisme adalah kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi, sehingga yang cocok adalah kurikulum yang berpusat pada pengalaman.
Sains sosial sering dijadikan pusat pelajaran yang digunakan dalam pengalaman-pengalaman siswa, dan dalam pemecahan masalah serta kegiatan proyek. Pemecahan masalah akan melibatkan kemampuan berkomunikasi, proses matematis, dan penelitian ilmiah. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya menggunakan pendekatan interdisipliner. Buku merupakan alat dalam proses belajar, bukan sumber pengetahuan. Metode yang dipergunakan adalah metode ilmiah dalam ikuiri dan metode problem solving.
Kurikulum dikatakan baik apabila bersifat fleksibel dan eksperimental (pengalaman) dan memiliki keuntungan-keuntungan untuk diperiksa setiap saat.Sikap progresivisme, memandang segala sesuatu berasaskan fleksibilitas, dinamika dan sifat-sifat sejenis, tercermin dalam pandangannya mengenai kurikulum sebagai pengalaman yang edukatif, bersifat eksperimental dan adanya rencana dan susunan yang teratur.
Menurut aliran progresivisme, kurikulum hendaknya:
- Tidak universal, melainkan berbeda-beda berdasarkan kondisi yang ada
- Disesuaikan dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan setiap peserta didik
- Berbasis pada masyarakat
- Bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
4. Metode Pendidikan
Metode pendidikan yang biasanya dipergunakan oleh aliran progresivisme diantaranya adalah:
- Metode pendidikan aktif, Pendidikan progresif lebih berupaya penyediaan lingkungan dan fasilitas yang memungkinkan berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya.
- Metode memonitor kegiatan belajar, mengikuti proses kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-bantuan apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar berlangsungnya kegiatan belajar tersebut.
- Metode penelitian ilmiah, pendidikan progresif merintis digunakannya metode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan konsep.
- Pemerintahan pelajar, pendidikan progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah.
- Kerja sama pemerintah dengan keluarga, pendidikan progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga dalam rangka menciptakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak untuk, mengekspresikan secara alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak.
- Sekolah sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan, sekolah tidak hanya tempat untuk belajar tetapi berperan pula sebagai laboratorium dan pengembangan gagasan baru pendidikan.
E. Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran menurut Progresivisme
Filsafat progressivisme telah memberikan kontribusi yang besar di dunia pendidikan, dimana telah meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru.
a. Peran Guru
Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak, mempunyai peranan-peranan sebagai berikut:
- Fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan jalan bagi kelancaran proses belajar sendiri siswa.
- Motivator, atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus giat belajar sendiri menggunakan semua alat dirinya.
- Konselor, atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi sendiri masalah-masalah yang telah dihadapi setiap siswa dalam kegiatan belajar sendiri.
Guru perlu mempunyai pemahaman yang baik tentang katakteristik siswa, dan teknik-teknik memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-peranan yang baik.
b. Peran Siswa
Progresivisme menganggap setiap peserta didik sebagai subyek pendidkan yang dituntut untuk aktif secara pribadi maupun kelompok.Sekolah adalah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar, dimana aktifitas ruang kelas difokuskan pada praktik pemecahan masalah, serta atmosfer sekolah diarahkan pada situasi yang kooperatif dan demokratis. Pendidikan berpusat pada anak (child centered). Setiap anak didik adalah unik yang mempunyai pemikiran sendiri, keinginan sendiri, serta memiliki harapan-harapan dan kecemasan sendiri yang berbeda dengan orang dewasa.Oleh karena itu, mereka dituntut aktif dalam menyampaikan ide atau gagasan yang mereka miliki secara aktif baik individu maupun kelompok.